BERANDA
LIPUTAN
PROGRAM
MAJALAH
PROFIL
Wartawan Berguguran
Anonim (sementara)
Mon, 1 October 2001
IA tetap berangkat ke kantor untuk mengisi absensi, terkadang singgah di perpustakaan, baca koran, dan kalau ketemu teman mengobrol dulu.
IA tetap berangkat ke kantor untuk mengisi absensi, terkadang singgah di perpustakaan, baca koran, dan kalau ketemu teman mengobrol dulu. Kadang bisa dua atau tiga jam tapi kadang hanya sebentar. "Meja kerja kami sudah dikosongkan," ujar Sen Tjiauw, seraya menerangkan bahwa komputernya juga sudah diambil.

"Kami heran saja, tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu, tidak ada ajakan perundingan, tahu-tahu ada peringatan terakhir dan dapat surat keputusan dirumahkan," ujar Sen Tjiauw.

Sen Tjiauw adalah satu dari 26 karyawan majalah Forum yang dirumahkan pemimpin redaksi Forum Noorca M. Massardi pada 21 Agustus 2001. Alasannya Forum harus mengencangkan ikat pinggang menghadapi persaingan bisnis majalah yang makin ketat sejak Presiden Soeharto jatuh pada Mei 1998.

Rombongan Sen Tjiauw juga bukan satu-satunya pekerja media yang bernasib jelek. Ada beberapa media lain melakukan hal serupa, dengan alasan bervariasi, antara lain perusahaan situs internet M-Web, harian Rakyat Merdeka, dan Prospektif. M-Web yang mengelola situs Astaga.com, Satunet.com, serta Kafegaul.com memberhentikan 30 orang.

Hal ini bikin Aliansi Jurnalis Independen (AJI), sebuah organisasi wartawan yang menaruh perhatian pada soal perburuhan, ikut prihatin. "Profesi jurnalis meski tidak seburuk nasib buruh sektor-sektor lainnya, belum bisa dikategorikan beruntung," kata Suwarjono dari AJI.

Selalu jadi pertanyaan mengapa efisiensi identik dengan pengurangan pegawai? Mengapa bukan dengan efisiensi operasional perusahaan itu sendiri? Apalagi belum ada hukum yang membela kepentingan karyawan. Kerja jurnalis rentan karena hukum yang ada cenderung menguntungkan pihak perusahaan.

Dalam kasus Forum, setidaknya ada dua pemain baru masuk ke bisnis majalah: mingguan Tempo dan Gamma. Tempo pemain lama yang terbit kembali setelah rezim Orde Baru yang membredelnya pada 1994 lengser pada 1998. Menurut CD ROM Tempo, majalah ini dalam waktu dua tahun menguasai hampir 60 persen pasar majalah.

Gamma majalah pecahan dari Gatra yang juga merupakan pecahan Tempo. Selain ketiga majalah ini masih ada Panji yang juga harus bekerja keras menghadapi persaingan dengan Forum, Tempo, Gatra, dan Gamma.

Secara resmi alasan pemecatan rombongan Sen Tjiauw karena Forum perlu efisiensi. Anehnya, menurut Sen Tjiauw, manajemen memasukan orang baru ke perusahaan. "Tenaga muda dari mahasiswa," katanya.

Pemicu kemelut majalah Forum terjadi karena 26 karyawan ini dituduh manajemen hendak melakukan makar dengan berencana mogok. Mereka yang dirumahkan meliputi redaktur, reporter, sopir, office boy, dan staf umum.

Buat Sen Tjiauw rapat mereka di Cibubur itu, yang dituduhkan sebagai rapat makar, merupakan rapat biasa bukan upaya makar, "Kami punya saham 20 persen. Apa salahnya kalau ikut memikirkan nasib perusahaan?"

Dia berpendapat tak ada alasan yang tepat dari semua alasan yang diberikan perusahaan. "Itu alasan yang dicari-cari. Mereka hanya tidak suka dengan kami," katanya.

Sayang, Noorca M. Massardi, pemimpin redaksi majalah Forum, enggan memberi komentar. Selalu tidak ada di tempat tiap kali ditanya. "Ini masalah internal, tidak ada waktu wawancara buat media mana pun juga," ucap Ila Jamila, sekretaris redaksi Forum.

Sen Tjiauw dan kawan-kawan minta bantuan AJI dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, yang lantas mengatur pertemuan mereka dengan manajemen. Sayangnya manajemen Forum menolak. Mereka hanya mau bertemu dengan AJI dan LBH.

Karyawan minta dipekerjakan kembali. Mereka bersikukuh menolak surat keputusan itu. "Kami punya hak dong untuk ikut memikirkan nasib perusahaan, karena kami punya 20 persen sahamnya," Sen menambahkan.

Forum diterbitkan PT Adil Mandiri yang 75 persen sahamnya dikuasai PT Larsa, 20 persen karyawan, dan lima persen milik seseorang bernama Rahmantio. PT Larsa sendiri sebagian sahamnya dimiliki Sumantri 42 persen, Rahmat Ismail 28 persen, dan 17 persen oleh Setiyanto P. Santoso.

Sekarang terjadi tawar-menawar antara karyawan dengan manajemen. Para karyawan tersebut ingin menjual saham mereka tapi dalam kondisi perusahaan akan bangkrut soal itu menjadi tidak mungkin. Mana melihat gaji karyawan mulai telat dibayar dan sejak Juli dicicil.

Pilihan lainnya, para karyawan yang dirumahkan ini, berencana mencari investor baru untuk menerbitkan Forum baru dengan membawa seluruh karyawannya. Usaha ini pun baru sampai pada tahap penjajakan dan belum membuahkan hasil. Apalagi pasar majalah memang sudah cukup penuh.

Manajemen tak memberi kejelasan dan sengaja membiarkan masalah terkatung-katung. "Cara seperti ini hanya bertujuan untuk membuat kami bosan," ujar Sen Tjiauw. AJI dan LBH Jakarta menyarankan mereka tetap ke kantor, mengisi absensi. "Kalau mereka tidak ke kantor, tidak mengabsen, juga kalau mereka bekerja untuk pihak lain, maka mereka dianggap mengundurkan diri," kata Suwarjono dari AJI.

Beda Forum dengan M-Web. Perusahaan publik yang berasal dari Afrika Selatan ini mau menjelaskan panjang lebar bahwa mereka melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan pendapatan, menurunkan pengeluaran, dan mengembangkan kualitas layanan bagi pelanggan.

Dari 618 staf yang ada delapan persen terkena dampak pengurangan. "Pengurangan staf telah didiskusikan secara detail oleh manajemen dan supervisor, dan keputusan yang diambil dalam waktu tiga minggu untuk menjamin berjalannya prosedur yang adil," kata Stephen Gilmour dari M-Web.

"Mereka (dari Astaga.com) masih sebatas konsultasi dengan pihak AJI. Kami belum sempat turun tangan, masalah mereka sudah selesai," kata Suwarjono. Karyawan M-Web memang punya perkumpulan karyawan dan melakukan mediasi sendiri.

Setelah melalui negosiasi panjang dan melelahkan, manajemen M-Web menerima kompensasi yang diajukan karyawannya. Rencana semula minta kompensasi 12 bulan gaji, tapi setelah negosiasi manajemen sepakat delapan bulan gaji.*
kembali keatas
Kursus Narasi XVIII
FacebookTwitter